Sidney Mohede
Dikenal sebagai salah seorang pemimpin penyembahan dan penulis
lagu Kristian paling berpengaruh di Indonesia pada hari ini. Sidney
telah merekam, menerbitkan atau melibatkan diri dalam lebih 35 album.
Banyak daripada album itu didapat dari band yang pernah
dianggotainya, Giving My Best (GMB); sementara yang lain dari album-album yang dibuat dengan team penyembahan True Worshippers/JPCC
Seorang penulis lagu yang cerdas, dia juga telah menulis atau berkolaborasi dengan musisi lain, dan menciptakan kurang lebih 200 lagu.
Petikan
yang berikut diterjemahkan daripada artikel M.E.X. Magazine berjudul
‘Sidney Mohede: The Interview’ bertarikh 17 April 2011:
Sidney
dilahirkan di Indonesia tetapi telah menghabiskan sejumlah besar masa
kanak-kanaknya dan awal kedewasaannya di dunia Barat. Dua cara hidup
yang sangat berbeda yang tidak dialami kebanyakan orang.
“Besar di
Indonesia adalah pengalaman yang hebat. Aku dilahirkan dan dibesarkan di
Jakarta sampai umur 10 tahun dan telah menghabiskan masa
kanak-kanakku seperti kanak-kanak biasa. Aku memanjat pohon,
bermain layang-layang dan terlibat dalam banyak kenakalan anak pada umumnya. Kemudian sampai satu ketika,
ibu bapaku bercerai dan aku dengan dua adik beradik perempuanku ikut ibuku dan memulai kehidupan baru di Amerika Serikat. Itu terjadi
semasa awal tahun 80an. Tentu saja, ini merupakan suatu masa transisi yang sangat sukar untuk tumbuh sebagai seorang kanak-kanak dari
Indonesia dan kemudian tinggal di California Selatan. Tetapi aku
melaluinya juga, haha.”
Berpindah ke
penjuru dunia yang berbeda sama sekali pasti sangat sukar untuk seorang
kanak-kanak. Apalagi mengalami perpecahan keluarga pasti
sulit sekali bagi Sidney yang waktu itu masih kecil.
“Kami pindah ke Amerika, aku menghadapi waktu yang sangat sukar saat remaja dan menjadi sangat memberontak semasa SMA. Pada waktu aku berumur 16 tahun aku sering
terjebak dalam banyak permasalahan, melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
“Saya sering pulang pagi
dihantar polisi dalam keadaan mabuk,”
Pada umur 17, tiba-tiba aku sadar aku perlu
seseorang untuk menyelamatkanku, dan oleh kerana aku pernah ke gereja
sewaktu anak-anak, akupun mengucapkan doa yang ringkas ini kepada
Tuhan:
‘Jika Engkau benar-benar mengasihiku, seperti yang dikatakan
semua orang, tunjukkkanlah kepadaku, sebab aku memerlukan pertolongan.’
Selang beberapa waktu dari doa itu, aku dijemput oleh seorang kawan untuk pergi ke
sebuah gereja (sedangkan aku tidak pernah ikut doa di gereja
selama beberapa tahun sebelum panggilan telefon itu).”
Menakjubkan sekali bahwa tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus, tak peduli apa yang sudah kita lakukan, Jika Tuhan sudah menentukan panggilan kita, Dia juga yang akan menarik dan memapukan kita oleh Anugrahnya. Sungguhpun Sidney tidak memiliki
hubungan yang nyata dengan Tuhan, oleh kerana dasar Kekristianan yang
ada dalam hidupnya pada usia lebih muda, dia tahu apa yang harus
dilakukan apabila tidak ada apa yang boleh diusahakan lagi.
“Waktu itu aku
pergi ke gereja yang ditunjukkan temanku, tak disangka-sangka Pendeta yang sedang berkotbah itu
menunjuk kepadaku dari antara khalayak ramai itu dan meminta aku maju
ke depan. dia meletakkan
mikrofonnya, datang kepadaku dan memelukku dengan erat sambil membisikkan perkataan ini (yang masih saya ingat dengan jelas),
“Anakku, Tuhan sangat sayang padamu, dan Dia ingin engkau kembali.”
Aku
tidak dapat melupakan saat itu. Itu adalah jawapan bagi doaku. Aku
memberikan hatiku dan hidupku kepada Yesus dan bermulalah proses
penyembuhan dan hidup yang tunduk kepada panggilan-Nya. Itu berlaku 21
tahun yang lalu dan aku masih hidup dalam kasih karunia dan dengan
kesyukuran atas penyelamatan-Nya."
Peristiwa yang
sama juga telah diceritakan oleh Majalah Bahana (Petikan berikut ini
dipetik dan diterjemah daripada Majalah Bahana):
Sidney mengaku
pernah keras kepala saat menjelang masuk Sekolah Menengah Atas, suka
pesta, minuman keras dan menghisap narkoba. tambahnya. Detik penting dalam
hidup Sidney sewaktu kelas tiga Sekolah Menengah Atas. Dia datang ke
gereja Indonesia di Los Angeles, seorang pembicara undangan dari
Pasadena di tengah khutbahnya berhenti dan menunjuk Sidney yang duduk di
bangku paling belakang dan minta Sidney maju ke depan lalu
berkata,”Tuhan sayang padamu. Dia ingin engkau kembali.”