Tuesday, June 25, 2013

Tentang Sidney Mohede

Sidney Mohede

Dikenal sebagai salah seorang pemimpin penyembahan dan penulis lagu Kristian paling berpengaruh di Indonesia pada hari ini.  Sidney telah merekam, menerbitkan atau melibatkan diri dalam lebih 35 album. Banyak daripada album itu didapat dari band yang pernah dianggotainya, Giving My Best (GMB); sementara yang lain dari album-album yang dibuat dengan team penyembahan True Worshippers/JPCC Seorang penulis lagu yang cerdas, dia juga telah menulis atau berkolaborasi dengan musisi lain, dan menciptakan kurang lebih 200 lagu. 
Petikan yang berikut diterjemahkan daripada artikel M.E.X. Magazine berjudul ‘Sidney Mohede: The Interview’ bertarikh 17 April 2011:
Sidney dilahirkan di Indonesia tetapi telah menghabiskan sejumlah besar masa kanak-kanaknya dan awal kedewasaannya di dunia Barat. Dua cara hidup yang sangat berbeda yang tidak dialami kebanyakan orang.
“Besar di Indonesia adalah pengalaman yang hebat. Aku dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta sampai umur 10 tahun dan telah menghabiskan masa kanak-kanakku seperti kanak-kanak biasa. Aku memanjat pohon, bermain layang-layang dan terlibat dalam banyak kenakalan anak pada umumnya. Kemudian sampai satu ketika, ibu bapaku bercerai dan aku dengan dua adik beradik perempuanku ikut ibuku dan memulai kehidupan baru di Amerika Serikat. Itu terjadi semasa awal tahun 80an. Tentu saja, ini merupakan suatu masa transisi yang sangat sukar untuk tumbuh sebagai seorang kanak-kanak dari Indonesia dan kemudian tinggal di California Selatan. Tetapi aku melaluinya juga, haha.”
Berpindah ke penjuru dunia yang berbeda sama sekali pasti sangat sukar untuk seorang kanak-kanak. Apalagi mengalami perpecahan keluarga pasti sulit sekali bagi Sidney yang waktu itu masih kecil.
“Kami pindah ke Amerika, aku menghadapi waktu yang sangat sukar saat remaja dan menjadi sangat memberontak semasa SMA. Pada waktu aku berumur 16 tahun aku sering terjebak dalam banyak permasalahan, melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. 
“Saya sering pulang pagi dihantar polisi dalam keadaan mabuk,” 
Pada umur 17, tiba-tiba aku sadar aku perlu seseorang untuk menyelamatkanku, dan oleh kerana aku pernah ke gereja sewaktu anak-anak, akupun mengucapkan doa yang ringkas ini kepada Tuhan: 
‘Jika Engkau benar-benar mengasihiku, seperti yang dikatakan semua orang, tunjukkkanlah kepadaku, sebab aku memerlukan pertolongan.’
Selang beberapa waktu dari doa itu, aku dijemput oleh seorang kawan untuk pergi ke sebuah gereja (sedangkan aku tidak pernah ikut doa di gereja selama beberapa tahun sebelum panggilan telefon itu).”
Menakjubkan sekali bahwa tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus, tak peduli apa yang sudah kita lakukan, Jika Tuhan sudah menentukan panggilan kita, Dia juga yang akan menarik dan memapukan kita oleh Anugrahnya. Sungguhpun Sidney tidak memiliki hubungan yang nyata dengan Tuhan, oleh kerana dasar Kekristianan yang ada dalam hidupnya pada usia lebih muda, dia tahu apa yang harus dilakukan apabila tidak ada apa yang boleh diusahakan lagi.
“Waktu itu aku pergi ke gereja yang ditunjukkan temanku, tak disangka-sangka Pendeta yang sedang berkotbah itu menunjuk kepadaku  dari antara khalayak ramai itu dan meminta aku maju ke depan. dia meletakkan mikrofonnya, datang kepadaku dan memelukku dengan erat sambil membisikkan perkataan ini (yang masih saya ingat dengan jelas), “Anakku, Tuhan sangat sayang padamu, dan Dia ingin engkau kembali.” 
Aku tidak dapat melupakan saat itu. Itu adalah jawapan bagi doaku. Aku memberikan hatiku dan hidupku kepada Yesus dan bermulalah proses penyembuhan dan hidup yang tunduk kepada panggilan-Nya. Itu berlaku 21 tahun yang lalu dan aku masih hidup dalam kasih karunia dan dengan kesyukuran atas penyelamatan-Nya."
Peristiwa yang sama juga telah diceritakan oleh Majalah Bahana (Petikan berikut ini dipetik dan diterjemah daripada Majalah Bahana):
Sidney mengaku pernah keras kepala saat menjelang masuk Sekolah Menengah Atas, suka pesta, minuman keras dan menghisap narkoba.  tambahnya.  Detik penting dalam hidup Sidney sewaktu kelas tiga Sekolah Menengah Atas. Dia datang ke gereja Indonesia di Los Angeles, seorang pembicara undangan dari Pasadena di tengah khutbahnya berhenti dan menunjuk Sidney yang duduk di bangku paling belakang dan minta Sidney maju ke depan lalu berkata,”Tuhan sayang padamu. Dia ingin engkau kembali.”

No comments:

Post a Comment